Penulis : Al-Ustadz Abu Muhammad Harits

Sejarah Hidup Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Ahli bid'ah dan ahlul batil senantiasa memiliki kepentingan dan ambisi di bawah payung kebid'ahan mereka. Setiap kali muncul ulama As-Sunnah yang menghadang mereka maka runtuhlah kepentingan dan ambisi tersebut. Sehingga merekapun berusaha menjauhkan kaum muslimin dari ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Sunnatullah sendiri berlaku pada setiap hamba-Nya, Dia menggilirkan kemenangan itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Kadang Ahlus Sunnah wal Jamaah yang berkuasa, kadang ahli bid'ah dan sesat yang menjajah.
Salah satu tanda kekuasaan dan taufik Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah memunculkan di tiap seratus tahun, tokoh yang mengembalikan kemurnian ajaran Islam ini bagi para pemeluknya. Sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا

"Sesungguhnya Allah membangkitkan bagi umat ini, di tiap ujung seratus tahun, orang yang mengembalikan kemurnian ajaran Islam ini bagi pemeluknya." (HR. Abu Dawud no. 3740)

Di antara para mujaddid (pembaru) tersebut adalah Syaikhul Islam Taqiyyuddin Abul 'Abbas Ahmad bin 'Abdul Halim bin 'Abdus Salam bin 'Abdullah bin Al-Khadhir bin Muhammad bin Al-Khadhir bin 'Ali bin 'Abdullah bin Taimiyah Al-Harrani Ad-Dimasyqi Al-Hanbali. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala melimpahkan rahmat-Nya yang luas dan menempatkan beliau di dalam surga-Nya.

Nasab dan Kelahiran
Beliau adalah Syaikhul Islam Taqiyyuddin Abul 'Abbas Ahmad bin 'Abdul Halim bin 'Abdus Salam bin 'Abdullah bin Al-Khadhir bin Muhammad bin Al-Khadhir bin 'Ali bin 'Abdullah bin Taimiyah Al-Harrani. Nasab beliau berujung pada kabilah 'Arab Qaisiyah dari Bani Numair bin 'Amir bin Sha'sha'ah dari Qais 'Ailan bin Mudhar. Adapula yang mengatakan dari Bani Sulaim bin Manshur dari Qais 'Ailan bin Mudhar.1
Menara Pisa, Tembok Cina, Candi Borobudur, Taaj Mahal, Ka'bah, Menara Eiffel, dan Piramida di mesir, inilah semua keajaiban dunia yang kita kenal. Namun sebenarnya semua itu belum terlalu ajaib, karena di sana masih ada tujuh keajaiban dunia yang lebih ajaib lagi. Mungkin para pembaca bertanya-tanya, keajaiban apakah itu?

Memang tujuh keajaiban lain yang kami akan sajikan di hadapan pembaca sekalian belum pernah ditayangkan di TV, tidak pernah disiarkan di radio-radio dan belum pernah dimuat di media cetak. Tujuh keajaiban dunia itu adalah:

* Hewan Berbicara di Akhir Zaman

Maha suci Allah yang telah membuat segala sesuatunya berbicara sesuai dengan yang Ia kehendaki. Termasuk dari tanda-tanda kekuasaanya adalah ketika terjadi hari kiamat akan muncul hewan melata yang akan berbicara kepada manusia sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an, surah An-Naml ayat 82,

"Dan apabila perkataan Telah jatuh atas mereka, kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami".

Mufassir Negeri Syam, Abul Fida' Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy berkomentar tentang ayat di atas, "Hewan ini akan keluar diakhir zaman ketika rusaknya manusia, dan mulai meninggalkan perintah-perintah Allah, dan ketika mereka telah mengganti agama Allah. Maka Allah mengeluarkan ke hadapan mereka hewan bumi. Konon kabarnya, dari Makkah, atau yang lainnya sebagaimana akan datang perinciannya. Hewan ini akan berbicara dengan manusia tentang hal itu".[Lihat Tafsir Ibnu Katsir (3/498)]

Oleh : Abu Anas Abdullah Al-Medani

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسول الله، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله وبعد
Sepintas sebahagian orang ketika mendengar pertanyaan ini akan menganggap ini adalah pertanyaan yang sepele dan remeh dan tidak perlu untuk ditanyakan. Akan tetapi kalau kita kaji lebih dalam, akan kita ketahui bahwasannya ini adalah pertanyaan yang agung dan sangat penting ,sebab  pertanyaan ini berkaitan dengan permasalahan ma’rifatullah ( mengenal Allah ) yang wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui tentang Rabbnya Allah سبحان وتعالى, mengetahui tentang nama- nama-Nya dan sifat- sifat-Nya sesuai dengan apa yang Dia kabarkan kepada kita di dalam Al Qur’an dan juga yang dikhabarkan oleh nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم dalam hadits- haditsnya ,dan mengetahui apa hak-hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba-hamba-Nya.

Dan juga pertanyaan ini adalah pertanyaan yang dijadikan oleh Rasulullah  صلى الله عليه وسلم sebagai penguji dan patokan untuk menghukumi  seseorang sebagai  mukmin.
Imam Muslim di dalam “ SHAHIH” nya, meriwayatkan sebuah hadits dari Mu’awiyyah bin Al Hakam As Sulami رضى الله عنه ,dia mengatakan :
Labels: 0 comments | edit post
Pertanyaan ke - 1 :
Apa perbedaan antara syura dan demokrasi ?

Jawab:
Sebagian orang menganggap bahwa demokrasi adalah wujud praktek sistem syura dalam Islam. Ini adalah anggapan yang salah, dan jauhnya perbedaan antara keduanya bagaikan timur dan barat. Diantara perbedaannya adalah:

1. Aturan syura berasal dari Allah dan selalu berlandaskan di atas syariat-Nya. Sementara demokrasi sumbernya adalah suara mayoritas walaupun itu suaranya orang-orang fasiq bahkan kafir.

2. Bahwa syura dilakukan pada perkara yang belum jelas ketentuannya dalam syariat, dan jika ada ketentuan syariat maka itulah yang ditetapkan. Adapun dalam demokrasi, perkara yang sudah jelas dalam syariat pun dapat diubah jika suara mayoritas menghendaki, sehingga dapat menghalalkan yang haram dan sebaliknya.

3. Anggota majelis syura adalah para ulama dan yang memliki sifat-sifat seperti telah dijelaskan. Sedang dewan perwakilan rakyat atau majelis permusyawaratan dalam sistem demokrasi anggotanya sangat heterogen. Ada yang berilmu agama, ada yang bodoh, ada yang bijak ada yang tidak, ada yang menginginkan kebaikan rakyat, dan ada yang mementingkan diri sendiri, mereka semua yang menentukan hukum dengan keadaan seperti itu.

4. Dalam sistem syura, kebenaran tidak dapat diketahui dengan mayoritas tapi dengan kesesuaian terhadap sumber hukum syariat. Sedangkan dalam sistem demokrasi, kebenaran adalah suara mayoritas walaupun menentang syariat Allah yang jelas.

Labels: 0 comments | edit post
Penulis: Al Ustadz Muhammad Ali Ishmah Al Maidani

Amar ma'ruf nahi munkar adalah poros penting adalam agama, walaupun hal itu sering disalahgunakan. Terkadang untuk kepentingan politik, hawa nafsu dan lain-lain. Banyak para pemuda yang memiliki semangat untuk memperjuangkan Islam salah langkah dalam hal ini. Dengan hanya berbekal sedikit ilmu dan besar semangat, mereka menyeret umat Islam yang tidak berdosa kepada pertumpahan darah yang sia-sia. Mereka tidak mengerti adab-adab dan tingkat-tingkat beramar ma'ruf nahi munkar sehingga mereka justru mengaburkan makna amar ma'ruf nahi munkar.
Amar ma'ruf nahi munkar adalah poros penting adalam agama, walaupun hal itu sering disalahgunakan. Terkadang untuk kepentingan politik, hawa nafsu dan lain-lain. Banyak para pemuda yang memiliki semangat untuk memperjuangkan Islam salah langkah dalam hal ini. Dengan hanya berbekal sedikit ilmu dan besar semangat, mereka menyeret umat Islam yang tidak berdosa kepada pertumpahan darah yang sia-sia. Mereka tidak mengerti adab-adab dan tingkat-tingkat beramar ma'ruf nahi munkar sehingga mereka justru mengaburkan makna amar ma'ruf nahi munkar.

Hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang sering digunakan dan salah ditafsirkan adalah:

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَقُوْلُ: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَ ذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ.

Dari Abu Sa'id Al-Khudri radliyallahu 'anhu, ia mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa di antara kalian melihat sebuah kemungkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Jika ia belum sanggup, maka hendaklah ia menggunakan lisannya. Jika ia masih belum sanggup, maka hendaklah ia menggunakan hatinya. Itu adalah selemah-lemah keimanan. (HR Muslim dalam Shahihnya no. 78-79, Turmudzi dalam Sunannya no. 2172, An-Nasa`i dalam Sunannya, no. 5023-5024, Ahmad dalam Musnadnya 3/10,20,49, Abu Dawud dalam Sunannya no. 1140, Ibnu Majah dalam Sunannya no. 1275, dan Abu Ya'la Al Mushuli dalam Musnadnya no. 1005 tahqiq Irsyadul Haq Al-Atsari. (An-Nadliyah fi takhrij 'arba'in An-Nawawiyah))
Labels: 0 comments | edit post
Penulis: Abu Muqbil bin Muhammad Hasyim

Yahya bin Ma’in berkata, "Saya tidak pernah melihat orang yang seperti Imam Ahmad bin Hambal, saya berteman dengannya selama lima puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan yang ada padanya kepada kami". 

Nama dan Nasab :
Kunyah beliau Abu Abdillah, namanya Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi. Ayah beliau seorang komandan pasukan di Khurasan di bawah kendali Dinasti Abbasiyah. Kakeknya mantan Gubernur Sarkhas di masa Dinasti Bani Umayyah, dan di masa Dinasti Abbasiyah menjadi da’i yang kritis.

Kelahiran Beliau :

Beliau dilahirkan di kota Baghdad pada bulan Rabi’ul Awwal tahun 164 Hijriyah. Beliau tumbuh besar di bawah asuhan kasih sayang ibunya, karena bapaknya meninggal dunia saat beliau masih berumur belia, tiga tahun. Meski beliau anak yatim, namun ibunya dengan sabar dan ulet memperhatian pendidikannya hingga beliau menjadi anak yang sangat cinta kepada ilmu dan ulama karena itulah beliau kerap menghadiri majlis ilmu di kota kelahirannya.
Syaikh Rabi’ termasuk ulama yang sangat bersemangat menyeru kepada Al-Kitab dan As-Sunnah serta akidah salaf, penuh semangat dalam mendakwahkannya dan beliau adalah pedang Sunnah dan akidah salaf yang amat tajam, yang amat sedikit bandingannya di masa sekarang.

Beliau adalah pembela Sunnah dan kehormatan salafus salih di jaman kita ini, siang dan malam, secara rahasia maupun terang-terangan yang tidak terpengaruh oleh celaan orang-orang yang suka mencela.
Nama dan nasab beliau:
Beliau adalah Asy-Syaikh Al-‘Allamah Al-Muhaddits Rabi’ bin Hadi bin Muhammad ‘Umair Al-Madkhali, berasal dari suku Al-Madakhilah yang terkenal di Jaazaan, sebuah daerah di sebelah selatan Kerajaan Arab Saudi. Suku ini termasuk keluarga Bani Syubail, sedangkan Syubail adalah anak keturunan Yasyjub bin Qahthan.

Kelahiran beliau:
Syaikh Rabi’ dilahirkan di desa Al-Jaradiyah, sebuah desa kecil di sebelah barat kota Shamithah sejauh kurang lebih tiga kilometer dan sekarang telah terhubungkan dengan kota tersebut. Beliau dilahirkan pada akhir tahun 1351 H. Ayah beliau meninggal ketika beliau masih berumur sekitar satu setengah tahun, beliau tumbuh berkembang di pangkuan sang ibu -semoga Allah Ta’ala merahmatinya. Sang ibu membimbing dan mendidik beliau dengan sebaik-baiknya, mengajarkan kepada beliau akhlak yang terpuji, berupa kejujuran maupun sifat amanah, juga memotivasi putranya untuk menunaikan shalat dan meminta beliau menepati penunaian ibadah tersebut. Selain pengasuhan ibunya, beliau diawasi dan dibimbing pula oleh pamannya (dari pihak ayah).
A. Makan Sahur

Orang yang berpuasa sangat dianjurkan untuk makan sahur. Hal ini berdasarkan hadits dari ‘Amru bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحُوْرِ

“Perbedaan antara puasa kami dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (HR. Muslim)

Dari Salman radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

الْبَرَكَةُ فِيْ ثَلاَثَةٍ: الْجَمَاعَةِ وَالثَّرِيْدِ وَالسَّحُوْرِ

“Berkah ada pada 3 hal: berjamaah, tsarid (roti remas yang direndam dalam kuah), dan makan sahur.” (HR. Ath-Thabrani, 6/251, dengan sanad yang hasan dengan penguatnya, lihat Shifat Shaum An-Nabi oleh Ali Al-Halabi, hal. 44)

Disukai untuk mengakhirkan makan sahur berdasarkan hadits Anas dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

Kami makan sahur bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kemudian beliau bangkit menuju shalat. Aku (Anas) bertanya: “Berapa jarak antara adzan1 dan sahur?” Beliau menjawab: “Kadarnya (seperti orang membaca) 50 ayat.” (Muttafaqun ‘alaih)
Labels: , 0 comments | edit post
Oleh : Al-Ustadz Abul Mundzir Dzul-Akmal As-Salafy

Dari Sufyaan bin `Uyaiyyinah; berkata : Saya mendengar Al Imam Malik bin Anas, ketika itu dia didatangi oleh seorang laki laki dan berkata : Ya Aba `Abdillah ! dari mana saya harus memulai ihram saya ? beliau menjawab : “Dari Dzulhulaifah, dari sekira kira Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam memulai ihramnya”. Lantas dia bertanya lagi : sesungguhnya saya ingin memulai ihram itu dari Al Masjid (Al Masjid An Nabawiy) dan dari sisi qubur. Al Imam Malik menjawab : “Jangan kamu lakukan; sesungguhnya saya takut sekali kamu akan ditimpa oleh fitnah”. Dia berkata lagi : Fitnah apa yang akan menimpa saya ??!! Cuma beberapa mil saya tambah !! Berkata Imam Malik : “Fitnah apa yang lebih besar lagi, dimana kamu memandang bahwa kamu telah mendahului Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam akan satu keutamaan sedangkan Dia lalai dari keutamaan itu ??

Sesungguhnya saya telah mendengar Allah berkata :

((فليحذر الذين يخالفون عن أمره أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم عذاب أليم)). النور (63)

Artinya : “Maka hendaklah orang orang yang menyalahi/menyelisihi perintah Rasul Shollallahu `alaihi wa Sallam takut akan ditimpa oleh fitnah atau ditimpa oleh `adzab yang pedih.” An Nuur (63). Lihat : “Ilmu Ushulul Bida`, hal. 71-72, oleh As Syaikh `Ali Hasan.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah Ta`ala ! Ada satu kaedah dalam peribadatan ini yang mungkin kebanyakan kita tidak mengetahuinya atau mengetahuinya akan tetapi pura pura lupa dan tidak peduli dengan kaedah tersebut; kaedah itu adalah : “Ahkaamut Tark (Hukum hukum yang berhubungan dengan hal hal yang wajib untuk ditinggalkan).

Labels: 0 comments | edit post
Oleh : Al-Ustadz Abul Mundzir Dzul-Akmal As-Salafy

Kedelapan : Ar Rayyaan disediakan untuk yang berpuasa saja.

Dari Sahl bin Sa`ad radhiallahu `anhu, dari Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata :

((إن فى الجنة بابا يقال له : الريان، يدخل منه الصائمون يوم القيامة، لا يدخل منه أحد غيرهم فإذا دخلوا أغلق، فلم يدخل منه أحد, فإذا دخل آخرهم أغلق، ومن دخل شرب، ومن شرب لم يظمأ أبدا ))

Artinya : “Sesungguhnya di jannah ada sebuah pintu dinamakan “Ar Rayyaan”, yang akan masuk ke dalamnya hanya orang yang berpuasa saja, tidak akan masuk ke dalamnya selain dari mereka, apabila orang orang yang berpuasa itu sudah masuk lalu pintunya akan ditutup, tidak akan ada lagi yang masuk setelah itu, dalam lafadz lain : apabila telah masuk orang yang paling terakhir dari orang orang yang berpuasa itu lantas pintunya ditutup, setiap yang masuk akan minum, dan barang siapa yang sudah minum dia tidak akan haus selama lamanya.” Hadits dikeluarkan oleh : Al Bukhariy (4/95), Muslim (1152) dan tambahan hadits yang terakhir dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam “shohihnya” (1903).

Kaum muslimin rahimakumullah ! sebelum kita melangkah untuk menjelaskan tentang tata cara menyambut bulan Ramadhan alangkah baiknya kami jelaskan dulu masalah masalah sebagai berikut :
Labels: 0 comments | edit post
Oleh : Al-Ustadz Abul Mundzir Dzul-Akmal As-Salafy

إن الحمد لله نحمده، ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادى له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون. آل عمران (102)

يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفسٍ واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالاً كثيراً ونساءً واتقوا الله الذي تساءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا . النساء:(1)

يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولاً سديداً يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزاً عظيماً الأحزاب (70-71).
فإن أصدق الحديث كتاب الله، وخير الهدى هدى محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة النار.
Kaum muslimin rahimakumullah! Pertama tama kita bersyukur kepada Allah `Azza wa Jall serta Salawat dan Salam kita aturkan kepada Nabiyurrahmah Muhammad bin `Abdullah Shollallahu `alaihi wa Sallam dan kepada kaum kerabat serta para shohabat-nya semoga kita dimasukkan oleh Allah Subhaana wa Ta`ala sebagai pengikutnya, penghidup Sunnah-nya dan orang orang yang memperjuangkan Sunnah-nya Insya Allah sampai akhir zaman. Amin!! Ya Rabbal `Alamin.
Labels: 0 comments | edit post
Allah Subhaana wa Ta`aala :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ) (البقرة:186)

Artinya : “Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah sesungguhnya Aku dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintahKu dan hendaklah beriman kepadaKu agar mereka selalu dalam kelurusan (QS. Al Baqaroh : 186).

Makna ayat :
Ayat ini merupakan jawaban pertanyaan sebahagian sahabat yang bertanya kepada Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam, mereka berkata : wahai Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam apakah Robb kita dekat?, maka kita akan bermunajat kepadaNya. Apakah Ia jauh sehingga kami memanggilNya?

Kemudian turunlah Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ
Artinya : “Apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka jawablah sungguh Aku dekat.”

Sesungguhnya Allah Subhaana wa Ta`aala mengintai dan menyaksikan, mengamati atas yang tersembunyi dan tertutup, Allah Subhaana wa Ta`aala mengetahui 2 mata yang berkhianat dan apa yang tersirat didada-dada, juga Allah Subhaana wa Ta`aala dekat dengan orang yang meminta-Nya di kabulkan-Nya permohonannya, oleh karena itulah Allah Subhaana wa Ta`aala berfirman :

أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَان
Artinya : “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu“

Dan do’a ada 2 jenis : Do’a `ibadah dan Do’a mas’alah (kebutuhan / hajat seorang hamba).
Dan dekatnya Allah Subhaana wa Ta`aala ada 2 jenis : Dekatnya Allah Subhaana wa Ta`aala dengan `ilmu-Nya terhadap segala seluruh mahluk, dan dekatnya Allah Subhaana wa Ta`aala dengan hamba-hamba-Nya dan orang yang berdo’a dalam bentuk pengkabulan do’a, pertolongan-Nya, taufik-Nya.

Maka barang siapa yang berdo’a dengan hati yang hadir disertai do’a-do’a yang disyar`iatkan, dan tidak ada penghalang untuk terkabulnya do’a, seperti makan yang haram dan sejenisnya, pasti Allah Subhaana wa Ta`aala akan memenuhi janji-Nya untuk mengabulkan do’anya. Apalagi secara khusus ia datang dengan sebab-sebab dikabulkannya do’a tersebut, tidak lain dan tidak bukan yaitu melaksanakan perintah Allah Subhaana wa Ta`aala dan meninggalkan larangan-Nya secara ucapan maupun perbuatan, dan beriman kepada-Nya, yang keseluruhan itu dalam rangka memenuhi seruan Allah Subhaana wa Ta`aala, maka pasti wajib Allah Subhaana wa Ta`aala akan kabulkan do’anya, maka oleh sebab itu Allah Subhaana wa Ta`aala berfirman :

فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya : “Maka hendaklah mereka memenuhi segala perintahKu dan hendaklah beriman kepadaKu agar mereka selalu berada dalam kelurusan.“

Maksudnya mereka memperoleh petunjuk yang ia merupakan hidayah untuk iman dan amal-amal sholih, serta disingkirkan dari mereka kejelekan yang menafikan iman dan amalan-amalan sholih, sebab beriman kepada Allah Subhaana wa Ta`aala dan menjawab seruan dan perintah-Nya adalah sebab untuk memperoleh ilmu sebagaimana firman Allah Subhaana wa Ta`aala :

Artinya : “Wahai orang-orang beriman apabila kalian bertaqwa, maka Allah Subhaana wa Ta`aala memberikan bagi kalian furqan (pembeda). “


Sumber bacaan : “Tafsir as Sa’adiy halaman 87 terbitan Mua’ssasah ar Risalah cet, 2002 Beirut.

Diterjemahkan oleh : Abu Zubair Aceh.

Sumber : Buletin Jum'at Ta'zhim As-Sunnah Edisi X Jumadi Tsani 1428 H
Labels: 0 comments | edit post