Tempat-tempat yang banyak ditemukan para syaitan diantaranya :

1. Tempat peristirahatan unta.
Dalam hadits Abdullah bin Mughaffal radiyallohu 'anhu berkata, bersabda ..Rasulullah Shallallohu 'alaihi wasallam:

صَلُّوا فِى مَرَابِضِ الْغَنَمِ وَلاَ تُصَلُّوا فِى أَعْطَانِ الإِبِلِ فَإِنَّهَا خُلِقَتْ مِنَ الشَّيَاطِينِ

" Shalatlah kalian di tempat peristirahatan (kandang) kambing dan janganlah kalian shalat di tempat peristirahatan (kandang) unta karena sesungguhnya unta itu diciptakan dari syaitan." (HR. Ahmad (4/85), Ibnu Majah (769) dan Ibnu Hibban (5657) dan selainnya).
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah sebagaimana yang disebutkan di dalam "Majmu Fatawa" (19/41) ketika menjelaskan tentang penyebab dilarangnya shalat di tempat peristirahatan unta. Yang benar bahwa penyebab (dilarangnya shalat) di kamar mandi, tempat peristirahatan unta dan yang semisalnya adalah karena itu adalah tempat-tempat para setan.

2. Tempat buang air besar dan kecil
Dalam hadits Zaid bin Arqam radiyallohu 'anhu, dan selainnya yang diriwayatkan oleh Ahmad (4/373), Ibnu Majah (296), Ibnu Hibban ( 1406), Al Hakim (1/187) dan selainnya bahwa Rasulullah Shallallohu 'alaihi wasallam, bersabda :

إِنَّ هَذِهِ الْحُشُوشَ مُحْتَضَرَةٌ ، فَإِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ : اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

" Sesungguhnya tempat-tempat buang hajat ini dihadiri (oleh para setan, pen), maka jika salah seorang dari kalian hendak masuk kamar mandi (WC), ucapkanlah "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari setan laki-laki dan setan perempuan."
الْخُبُثِ adalah setan laki-laki dan الْخَبَائِثِ adalah setan perempuan. Demikian banyak orang yang terkena gangguan jin adalah di tempat-tempat buang hajat.

3. Lembah-lembah.
Sesungguhnya jin dan setan ditemukan di lembah-lembah dan tidak ditemukan di pegunungan. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah dalam "Majmu Fatawa" (19/33) : "Lembah-lembah adalah tempatnya kaum jin karena sesungguhnya mereka lebih banyak ditemukan di lembah-lembah daripada di dataran tinggi."



Bisa Jadi Kamu Membenci Sesuatu Namun Itu Baik Buatmu...

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah: 216)

Dalam ayat ini ada beberapa hikmah dan rahasia serta maslahat untuk seorang hamba. Karena sesungguhnya jika seorang hamba tahu bahwa sesuatu yang dibenci itu terkadang membawa sesuatu yang disukai, sebagaimana yang disukai terkadang membawa sesuatu yang dibenci, iapun tidak akan merasa aman untuk tertimpa sesuatu yang mencelakakan menyertai sesuatu yang menyenangkan. Dan iapun tidak akan putus asa untuk mendapatkan sesuatu yang menyenangkan menyertai sesuatu yang mencelakakan. Ia tidak tahu akibat suatu perkara, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh hamba. Dan ini menumbuhkan pada diri hamba beberapa hal:

1. Bahwa tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hamba daripada melakukan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala, walaupun di awalnya terasa berat. Karena seluruh akibatnya adalah kebaikan dan menyenangkan, serta kenikmatan-kenikmatan dan kebahagiaan. Walaupun jiwanya benci, akan tetapi hal itu akan lebih baik dan bermanfaat. Demikian pula, tidak ada yang lebih mencelakakan dia daripada melakukan larangan, walaupun jiwanya cenderung dan condong kepadanya. Karena semua akibatnya adalah penderitaan, kesedihan, kejelekan, dan berbagai musibah.

Ciri khas orang yang berakal sehat, ia akan bersabar dengan penderitaan sesaat, yang akan berbuah kenikmatan yang besar dan kebaikan yang banyak. Dan ia akan menahan diri dari kenikmatan sesaat yang mengakibatkan kepedihan yang besar dan penderitaan yang berlarut-larut.

Adapun pandangan orang yang bodoh itu (dangkal), sehingga ia tidak akan melampaui permukaan dan tidak akan sampai kepada ujung akibatnya. Sementara orang yang berakal lagi cerdas akan senantiasa melihat kepada puncak akibat sesuatu yang berada di balik tirai permukaannya. Iapun akan melihat apa yang di balik tirai tersebut berupa akibat-akibat yang baik ataupun yang jelek. Sehingga ia memandang suatu larangan itu bagai makanan lezat yang telah tercampur dengan racun yang mematikan. Setiap kali kelezatannya menggodanya untuk memakannya, maka racunnya menghalanginya (untuk memakannya). Ia juga memandang perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala bagai obat yang pahit rasanya, namun mengantarkan kepada kesembuhan dan kesehatan. Maka, setiap kali kebenciannya terhadap rasa (pahit)nya menghalanginya untuk mengonsumsinya, manfaatnyapun akan memerintahkannya untuk mengonsumsinya.

Akan tetapi, itu semua memerlukan ilmu yang lebih, yang dengannya ia akan mengetahui akibat dari sesuatu. Juga memerlukan kesabaran yang kuat, yang mengokohkan dirinya untuk memikul beban perjalanannya, demi mendapatkan apa yang dia harapkan di pengujung jalan. Kalau ia kehilangan ilmu yang yakin dan kesabaran maka ia akan terhambat dari memperolehnya. Tetapi bila ilmu yakinnya dan kesabarannya kuat, maka ringan baginya segala beban yang ia pikul dalam rangka memperoleh kebaikan yang langgeng dan kenikmatan yang abadi.

2. Di antara rahasia ayat ini bahwa ayat ini menghendaki seorang hamba untuk menyerahkan urusan kepada Dzat yang mengetahui akibat segala perkara serta ridha dengan apa yang Ia pilihkan dan takdirkan untuknya, karena dia mengharapkan dari-Nya akibat-akibat yang baik.

3. Bahwa seorang hamba tidak boleh memiliki suatu pandangan yang mendahului keputusan Allah Subhanahu wa Ta'ala, atau memilih sesuatu yang tidak Allah Subhanahu wa Ta'ala pilih serta memohon-Nya sesuatu yang ia tidak mengetahuinya. Karena barangkali di situlah kecelakaan dan kebinasaannya, sementara ia tidak mengetahuinya. Sehingga janganlah ia memilih sesuatu mendahului pilihan-Nya. Bahkan semestinya ia memohon kepada-Nya pilihan-Nya yang baik untuk dirinya serta memohon-Nya agar menjadikan dirinya ridha dengan pilihan-Nya. Karena tidak ada yang lebih bermanfaat untuknya daripada hal ini.

4. Bahwa bila seorang hamba menyerahkan urusan kepada Rabbnya serta ridha dengan apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala pilihkan untuk dirinya, Allah Subhanahu wa Ta'ala pun akan mengirimkan bantuan-Nya kepadanya untuk melakukan apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala pilihkan, berupa kekuatan dan tekad serta kesabaran. Juga, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan palingkan darinya segala yang memalingkannya darinya, di mana hal itu menjadi penghalang pilihan hamba tersebut untuk dirinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala pun akan memperlihatkan kepadanya akibat-akibat baik pilihan-Nya untuk dirinya, yang ia tidak akan mampu mencapainya walaupun sebagian dari apa yang dia lihat pada pilihannya untuk dirinya.

5. Di antara hikmah ayat ini, bahwa ayat ini membuat lega hamba dari berbagai pikiran yang meletihkan pada berbagai macam pilihan. Juga melegakan kalbunya dari perhitungan-perhitungan dan rencana-rencananya, yang ia terus-menerus naik turun pada tebing-tebingnya. Namun demikian, iapun tidak mampu keluar atau lepas dari apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala telah taqdirkan. Seandainya ia ridha dengan pilihan Allah Subhanahu wa Ta'ala maka takdir akan menghampirinya dalam keadaan ia terpuji dan tersyukuri serta terkasihi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bila tidak, maka taqdir tetap akan berjalan padanya dalam keadaan ia tercela dan tidak mendapatkan kasih sayang-Nya karena ia bersama pilihannya sendiri. Dan ketika seorang hamba tepat dalam menyerahkan urusan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan ridhanya kepada-Nya, ia akan diapit oleh kelembutan-Nya dan kasih sayang-Nya dalam menjalani taqdir ini. Sehingga ia berada di antara kelembutan-Nya dan kasih sayang-Nya. Kasih sayang-Nya melindunginya dari apa yang ia khawatirkan, dan kelembutan-Nya membuatnya merasa ringan dalam menjalani taqdir-Nya.

Bila taqdir itu terlaksana pada seorang hamba, maka di antara sebab kuatnya tekanan taqdir itu pada dirinya adalah usahanya untuk menolaknya. Sehingga bila demikian, tiada yang lebih bermanfaat baginya daripada berserah diri dan melemparkan dirinya di hadapan taqdir dalam keadaan terkapar, seolah sebuah mayat. Dan sesungguhnya binatang buas itu tidak akan rela memakan mayat.

(Diterjemahkan oleh Qomar ZA dari buku Al-Fawa'id hal. 153-155)

Labels: 0 comments | edit post


** IKAN GORENG BUMBU **

Dulu pas awal2 tinggal di Qatar, rumah kami dekat dengan pantai corniche yang disana terdapat fish market yg menjual ikan2 yg baru ditangkap oleh para nelayan. Jadi ikan2 nya segar2 banget, Dahulu ibu belum mempunyai oven utk memanggang dan lebih sering membumbui ikan2 tsb lalu digoreng garing. Kami sangat menyukainya! Rasanya lebih gurih dari pada ikan panggang.


Bahan:
- Ikan (ana pake ikan mujair)
- Jeruk nipis
- Minyak utk menggoreng

Bumbu Halus:
- Bawang putih
- Ketumbar
- Kemiri
- Merica
- Jahe
- Kunyit sedikit
- Garam

Labels: 0 comments | edit post
Oleh : Al-Ustadz Abul Mundzir Dzul-Akmal As-Salafy


At Thoghut adalah segala sesuatu yang di`ibadahi selain Allah Tabaaraka wa Ta`aala, ia rela dengan peribadatan yang dilakukan oleh para peng`ibadat (pemujanya), ataupun ia rela dengan keta`atan orang yang menta`atinya dalam hal kema`siatan kepada Allah Tabaaraka wa Ta`aala dan Rasul-Nya Shollallahu `alaihi wa Sallam.

Allah Tabaaraka wa Ta`aala mengutus para rosulNya supaya memerintahkan kaum mereka, agar ber`ibadah hanya kepada Allah Subhaana wa Ta`aaala saja serta menjauhi thogut. Allah Jalla wa `Alaa berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Artinya: Dan sungguh sungguh Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap tiap umat (untuk menyerukan): "Ber`ibadatlah kalian kepada Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu , ada orang orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kalian dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang orang yang mendustakan (rasul rasul). (QS. An-Nahl : 36).
Marilah kita simak penafsiran ayat yang mulia ini; berkata As Syaikh Abdurahman As Sa’diy Rahimahullahu Ta`aala : “Allah Jalla wa `Alaa telah mengkhabarkan kepada kita bahwa hujjahNya telah tegak atas seluruh umat, bahwasanya tidak ada satu ummat dari umat terdahulu maupun yang terakhir, melainkan Allah Jalla Sya`nuHu telah mengutus kepada umat tersebut seorang Rasul `Alaihis Sholaatu was Salaam, dimana seluruh Rasul `Alaimus Sholaatu was Salaam telah sepakat diatas satu da`wah, satu Din (Agama Islam), yaitu: “dakwah kepada untuk ber`ibadah kepada Allah saja yang tidak ada sekutu bagiNya,”
أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ terbagilah ummat tersebut kepada dua bahagian, sesuai dengan penerimaan mereka terhadap da`wah para RasulNya atau tidak menerimanya, ada diantara merela menerima seruan Rasul `Alaihis Sholaatu was Salaam tersebut, ada yang mengingkarinya, maka jadilah dua golongan, [فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ]’’ “diantara mereka ada orang orang diberi petunjuk oleh Allah”, maksudnya mereka yang mengikuti para rasulNya secara ilmu dan `amalan,[وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ] “dan diantara mereka ada pula orang orang yang telah pasti kesesatan atasnya”, maksudnya mereka yg telah mengutamakan kesesatan daripada pentunjuk Rasulnya,{ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ}” “maka berjalanlah kalian dipermukaan bumi”, maksudnya, dengan badan-badan dan hati-hati kalian , فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ’’dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (Rasul-rasul `Alaihimus Sholaatu was Salaam)”, maksudnya, kalian akan melihat hal-hal yang menakjubkan, dan tidaklah kalian melihat orang orang yang mendustakan RasulNya melainkan kebinasaan yang mereka dapatkan”.[1]
Al Imam Al Baghawiy menafsirkan ayat ini sebagai berikut :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا
Kata beliau : “Sebagaimana telah Kami utus pada kalian”
. أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ (
Kata beliau : “Yang dimaksud ialah seluruh bentuk yang di`ibadati selain Allah”.
Bentuk thoghut amat banyak sekali, akan tetapi gembong-gembong thoghuut ada lima:

Labels: 0 comments | edit post