"Wahai hamba-hamba Allah, tolonglah Allah niscaya Allah akan menolong kalian dan menguatkan dan mengkokohkan kaki-kaki kalian.

Wahai hamba-hamba Allah, bersabarlah kalian, karena kesabaran akan menyelamatkan kalian dari kekufuran, mendatangkan keridhaan Rabb, menolak kejelekkan, menahan para penombak, menutupi dari senjata bergigi.

Diamlah atau berdzikir kepada Allah dalam diri-diri kalian. Sampai aku perintahkan kalian, InsyaAllah"

(Abu 'Ubaidah bin Al Jarrah)
Labels: 0 comments | edit post


(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman bintu ‘Imran)

Anak-anak tak selamanya berada dalam buaian orang tua. Seiring dengan tumbuh kembangnya, dia pun akan merambah ke dunia yang lebih luas. Pada saatnya, dia mulai memiliki teman. Entah di lingkungan rumah atau sekolahnya.

Ketika mulai berteman, anak mungkin akan bertemu dengan anak lain yang memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda dengan dirinya. Terkadang, hal ini membawa ketidakcocokan yang berujung perselisihan. Maklum, anak-anak belum cukup matang jiwa dan akalnya untuk menolerir perbedaan itu.

Begitu pula egosentrisme yang memang ada pada anak. Sifat yang membuat seorang anak belum bisa tepa salira, toleransi dengan yang lain. Karena sifat ini, seringkali anak belum bisa memahami orang lain dan belum mengerti akibat sikap dan perbuatannya terhadap diri orang lain. Sementara itu, dia harus berhadapan dengan hak-hak temannya.
Membawa pulang mainan teman, misalnya. Terkadang jika kita telusuri, dia tak punya maksud sama sekali untuk mencuri. Dia hanya ingin memenuhi hasrat hatinya untuk bermain dengan mainan itu di rumahnya. Dia tidak menyadari perasaan temannya yang kehilangan dan tidak memahami bahwa itu terlarang.


Contoh yang lain, anak memukul teman yang enggan membagi makanan miliknya. Terkadang sumbernya adalah pikiran kanak-kanaknya bahwa si teman melarangnya untuk mencicipi makanan yang membuatnya berselera itu. Dia belum tahu, makanan itu adalah hak milik temannya. Ujung-ujungnya, keributan terjadi.


Demikianlah… Ternyata tugas kita belum selesai. Sebagai orang tua atau pendidik di sekolah, kita harus bisa menemani mereka, memberi bimbingan dan arahan agar mereka tak salah bersikap terhadap teman. Tentu, arahan yang kita pakai adalah tuntunan syariat yang mulia.


Yang perlu kita ingat, anak-anak belum sempurna akalnya dan belum mapan jiwanya. Kadang hari ini kita ajari atau kita beri peringatan, besok dia ulangi lagi. Oleh karena itu, dia selalu butuh bimbingan kita. Terus-menerus arahan kita berikan agar adab-adab yang baik itu melekat dan terwujud dalam pribadinya.




(ditulis oleh: Al-Ustadz Abdul Mu’thi, Lc)

Adalah sikap tercela manakala seseorang hanya memikirkan maslahat dirinya sendiri tanpa peduli dengan nasib saudaranya. Bahkan, seseorang tidak akan dikatakan sebagai mukmin yang sempurna imannya apabila tidak menyukai kebaikan bagi saudaranya seperti apa yang ia suka untuk dirinya. Nabi n bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
 

“Tidak beriman salah seorang kalian sampai ia mencintai bagi saudaranya apa yang ia cintai bagi dirinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik z)
Hal itu karena masyarakat muslimin seperti satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, anggota tubuh yang lainnya akan ikut merasakannya. Seorang muslim yang baik niscaya akan bahagia ketika muslim yang lainnya berada dalam keadaaan yang baik. Sebaliknya, apabila mengetahui saudaranya berada dalam kondisi kesulitan, dia bersedih dan ikut memikirkan upaya melepaskan penderitaan saudaranya.


Sungguh, apabila seseorang bisa menyuguhkan kebaikan bagi saudaranya seiman berarti dia telah mengukir kemuliaan dalam hidupnya yang kelak akan senantiasa terkenang. Dia juga akan meraih predikat sebaik-baik orang. Nabi n bersabda,


خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
 

“Sebaik-baik orang adalah yang paling berguna bagi orang lain.” (HR. al-Qudha’i dan dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 426)
Usaha orang seperti ini tidak akan sia-sia, sebagaimana firman Allah l,
“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.” (al-Muzzammil: 20)


Bantuan dari Allah l akan terus mengalir kepadanya selama dia mau membantu saudaranya karena balasan itu sesuai dengan perbuatan.


Labels: 0 comments | edit post
Bismillaahirrahmaanirrahiim...

This reciter is just... MasyaAllah..


Alhamdulillah, setelah sekian lama vakum, InsyaAllah ana bakal re-activate blog ini. Blog ini hanya sebagai catatan pribadi ana yang tidak ada unsur apapun insyaAllah.

Setelah sekian lama tidak meng-update, banyak perubahan yang telah terjadi...

First of all, I have opened my own online shop selling abayas and other Islamic clothing. Mainly on facebook and I've created my own simple blog for it. The intention to this is to help Indonesian Muslims to be able to dress modestly and of-course, according to the teaching of the syariah. Because, I have seen the majority of muslims in Indonesia have been 'westernised' in their akhlaaq, clothing and trends. Nau'udzubillaahi min dzaalik. Most of Indonesian muslims have wrong perceptions on how to dress modestly, according to the Al Qur'an and As-Sunnah. As for the women, they don't fulfill the 7 requirements of hijab which are:
1. Covering all of the body
2.The hijab must not be a display
3. The hijab must not be transparent
6. The hijab shouldn’t resemble the dress of a man
7. The hijab must not resemble the garments of the kuffar
8.The hijab should not be for fame
Some of them just fulfilled 2 or 3 requirements and leave the rest out. This is quite an issue since Indonesia has the largest muslim population in the world yet the women do not dress according to the Islamic teachings. And this is one example by what I mean "not dressing modestly":




So yeah, by selling abayas, niqabs, khimars and other islamic garments from The Middle East, a lot of muslimah will gradually realise what the 'true' hijab is and this is what women in the arab countries (where Islam starts and grows) usually wear outside. Alhamdulillah, a lot of my customers now have becoming a fan of black abayas and black long khimars. I feel very happy about it ^^.

Oh yeah, this is my online shop:

http://abayamalikah.blogspot.com/
http://www.facebook.com/abayamalikah

Screenshots:



Secondly, I gave birth to my first child/son which I named him "Muhammad". Now I am officially "Ummu Muhammad".. Btw, Muhammad is 14 months now.. hee hee .. ^^

That's it for now.. <3 font="font" nbsp="nbsp">


 HAFALKAN AL-QUR’AN TERLEBIH DAHULU!

Abu Umar bin Abdil Barr -rahimahullah- berkata:
“Menuntut ilmu itu ada tahapan-tahapannya. Ada marhalah-marhalah dan tingkatan-tingkatannya. Tidak sepantasnya bagi penuntut ilmu untuk melanggar/melampaui urutan-urutan tersebut. Barangsiapa secara sekaligus melanggarnya, berarti telah melanggar jalan yang telah ditempuh oleh as-salafus shalih rahimahumullah. Dan barangsiapa melanggar jalan yang mereka tempuh secara sengaja, maka dia telah salah jalan, dan siapa saja yang melanggarnya karena sebab ijtihad maka dia telah tergelincir.
Ilmu yang pertama kali dipelajari adalah menghafal Kitabullah k serta berusaha memahaminya. Segala hal yang dapat membantu dalam memahaminya juga merupakan suatu kewajiban untuk dipelajari bersamaan dengannya. Saya tidak mengatakan bahwa wajib untuk menghafal keseluruhannya. Namun saya katakan bahwasanya hal itu adalah kewajiban yang mesti bagi orang yang ingin untuk menjadi seorang yang alim, dan bukan termasuk dari bab kewajiban yang diharuskan.”

Al-Khathib Al-Baghdadi -rahimahullah- berkata:
“Semestinya seorang penuntut ilmu memulai dengan menghafal Kitabullah k, di mana itu merupakan ilmu yang paling mulia dan yang paling utama untuk didahulukan dan dikedepankan.”

Al-Hafizh An-Nawawi -rahimahullah- berkata:
“Yang pertama kali dimulai adalah menghafal Al-Qur’an yang mulia, di mana itu adalah ilmu yang terpenting di antara ilmu-ilmu yang ada. Adalah para salaf dahulu tidak mengajarkan ilmu-ilmu hadits dan fiqih kecuali kepada orang yang telah menghafal Al-Qur’an. Apabila telah menghafalnya, hendaklah waspada dari menyibukkan diri dengan ilmu hadits dan fiqih serta selain keduanya dengan kesibukan yang dapat menyebabkan lupa terhadap sesuatu dari Al-Qur’an tersebut, atau waspadalah dari hal-hal yang dapat menyeret pada kelalaian terhadapnya (Al-Qur’an).”

(An-Nubadz fi Adabi Thalabil ‘Ilmi hal. 60-61)

(Permata Salaf edisi 51) 
Labels: 0 comments | edit post


Al-Qur’an datang menyinari hati yang gelap dan menyinari jiwa yang gersang. Dan dia datang sebagai juru nasehat bagi orang yang membutuhkan bimbingan, sebagai pembawa kabar gembira bagi orang yang mau beriman dan sebagai pemberi peringatan bagi orang yang mengingkarinya. Betapa banyak kebaikan yang dapat di rasakan dengan kedatangannya, sehingga orang yang sedih akan menjadi gembira dengan membacanya dan orang yang bingung akan menjadi tenang jalannya serta orang yang hina akan menjadi mulia dengan mempelajari dan mengamalkannya.

Lebih jauh, diapun sebagai obat mujarab bagi segala penyakit. Siapa yang membaca ayat-ayatnya untuk pengobatan, maka dia akan mengetahui kehebatan Al-Qur’an dengan menyembuhkan beberapa penyakit dengan seizin Allah Ta’ala dan beberapa penyakit yang kalangan medis saat ini belum mampu menyembuhkannya. Sehingga tidaklah mengherankan kalau di katakan Al-Qur’an adalah penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sebagaimana firman-Nya (yang artinya) :
“Dan kami turunkan Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar (penyembuh penyakit fisik maupun rohani) dan rahmat bagi orang yang beriman kepada-Nya. “(QS. Al-Isra’ : 82).

Bahkan di lihat dari segi pahala dan keutamaannya. Al-Qur’an menyimpan sekian banyak pahala dan keutamaan bagi orang yang membaca, mempelajari, memahami dan mengamalkannya. Orang yang mahir membaca Al-Qur’an maka pada hari kiamat akan di kumpulkan bersama rombongan malaikat yang mulia. Sedangkan bagi orang yang terbata-bata dalam membacanya akan mendapatkan dua pahala, yaitu pahala dia membaca Al-Qur’an dan pahala kesungguhan dalam membacanya dengan baik dan benar.