الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله وبعد
Sesungguhnya kebutuhan seorang muslim pada hari ini kepada sebab-sebab yang akan mengokohkan dia di atas Din (agama) dan berpegang teguh dengan hal tersebut adalah besar sekali. Hal ini dikarenakan tersebarnya fitnah-fitnah, sedikitnya penolong, dan asingnya Din pada hari ini. Sebab-sebab yang akan mengokohkan seseorang di atas Din ialah:
Pertama : Menghadap kepada al Quran al `Azhiim baik menghafal, membaca dan mengamalkannya
Karena dia merupakan tali Din Allah Ta`ala yang kuat, jalanNya yang lurus. Siapapun yang berpegang teguh dengannya dia akan dijaga oleh Allah, dan barang siapa yang berpaling darinya, dia akan sesat dan binasa. Sebagaimana firman Allah Tabaaraka wa Ta`ala :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى # قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيراً  # قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sangat sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta? Padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat!". Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (QS. Thohaa : 124-126)
Berkata Imam Ibnu Katsir rahimahullahu Ta`ala : ((ومن أعرض عن ذكري)), artinya: barang siapa yang menyelisihi perintahKu, dan apa yang telah Aku turunkan kepada RasulKu Shollallahu `alaihi wa Sallam, lantas dia berpaling darinya dan melupakannya, dan dia mengambil petunjuk selain dari petunjukKu. ((فإن له معيشة ضنك)), maksudnya kehidupan yang sempit di dunia, tidak ada ketenangan pada dirinya, tidak ada kelapangan di dadanya, bahkan dadanya sempit dan sesak disebabkan kesesatannya, walaupun secara zhahir dia berada dalam kenikmatan, dia memakai pakaian apapun yang dia inginkan, memakan apa yang diinginkan, tinggal dimanapun yang dia inginkan, namun demikian selagi hatinya tidak bersih terhadap keyakinan dan petunjuk Allah Ta`ala, maka dia tetap berada dalam kegelisahan, kebingungan dan keraguan, dia senantiasa dalam kebimbangan dan ragu-ragu. Inilah yang dikatakan kehidupan yang sangat sempit.
Berkata  `Ali  bin  Abi  Tholhah  dari  Ibnu  `Abbas radhiallahu`anhuma : ((فإن له  معيشة ضنك)),  maknanya adalah : “kecelakaan”.
Berkata al `Aufiy dari Ibnu `Abbas radhiallahu `ahuma : ((فإن له معيشة ضنك)), maknanya adalah  : “Setiap harta yang telah Saya (Allah Ta’ala) berikan kepada seorang hamba dari hamba-hamba Saya, sedikit atau banyak, lalu dia tidak bertakwa kepada Saya dengannya, maka tidak ada kebajikan pada harta tersebut, dan inilah kehidupan yang sempit”. Dan beliau juga berkata : “Sesungguhnya satu kaum yang sesat tatkala mereka berpaling dari kebenaran, sementara mereka berada dalam kelapangan di dunia, lantas menyombongkan diri, maka kehidupan mereka berubah bentuk menjadi kehidupan yang sempit. Karena mereka mengira bahwa Allah Ta`ala tidak akan merubah kehidupan mereka, ini bentuk jeleknya sangkaan dan kedustaan mereka kepada Allah. Kalau seandainya seorang hamba berdusta kepada Allah, buruk sangka kepadaNya, terlalu percaya pada dirinya, dia akan merasakan kesusahan dalam kehidupannya, maka demikian itulah kehidupan yang sempit”.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ((فإن له معيشة ضنك)) ,Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda maknanya adalah : “`adzab kubur.” Dengan sanad yang baik.[1]
Allah Ta`ala mengkhabarkan bahwa tujuan sebab diturunkannya al Quran berangsur-angsur ialah untuk pengokohan, Allah Ta`ala berfirman :
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلاً
“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?" Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).  (QS. Al Furqan : 32)

Kedua : Beriman dengan Allah Ta`ala dan mengamalkan amalan shalih
Allah Tabaaraka wa Ta`ala berfirman :
يُثَبِّتُ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibraahim : 27)
Berkata al Imam Qataadah : “Adapun kehidupan di dunia, Allah Ta`ala akan mengokohkan mereka dengan dengan kebajikan dan amalan shalih, demikian juga di kubur dan di akhirat”.
Allah Ta`ala berkata :
وَلَوْ أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُواْ مِن دِيَارِكُم مَّا فَعَلُوهُ إِلاَّ قَلِيلٌ مِّنْهُمْ وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُواْ مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتاً
“Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)”. (QS. An Nisaa` : 66)
Adalah Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam selalu membiasakan dirinya diatas amalan shalih, dan amalan yang paling dicintai beliau ialah yang terus-menerus dilakukan walaupun sedikit. Dan para shabat beliau Shollallahu `alaihi wa Sallam apabila mereka mengamalkan satu amalan mereka kokoh dalam mengamalkannya.

Ketiga : Menelaah, membaca kisah-kisah para Nabi `alaimus Sholaatu was salaam dan mempelajarinya dengan tujuan untuk ber-uswah (mencontohnya) dan mengamalkannya.
Dan dalil yang menunjukkan tentang perkara ini adalah firman Allah Ta`ala :
وَكُـلاًّ نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَاء الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءكَ فِي هَـذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Huud : 120)
Demikian juga ayat-ayat yang turun untuk mengokohkan hati Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam dan hati-hati orang-orang mukmin yang bersama beliau, seperti kisah Nabi Ibrahim, Musa `Alaihimas Sholaatu was Salaam, seorang mukmin keluarga fir`aun dan selainnya.

Keempat : Berdo`a
Sesungguhnya diantara sifat-sifat hamba Allah Ta`ala yang mukminin ialah mereka menghadap kepada Allah Ta`ala dengan berdo`a agar Allah Tabaaraka wa Ta`ala mengokohkan di atas al haq sebagaimana Allah Subhaana wa Ta`ala mengajarkan kepada kita untuk mengucapkan :
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
“(mereka berdoa): "Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)". (QS. Ali `Imraan : 8)
Sebagaimana dalam hadist Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam :
قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ شَاء
“Hati-hati anak cucu Adam `Alaihis Sholaatu was Salaam seluruhnya diantara jari-jemari ar Rahmaan (Allah Ta`ala), seperti satu hati Dia akan palingkan apabila Dia kehendaki”.[2]
Dari `Aisyah radhiallahu `anha bahwa Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam sering memperbanyak do`a :
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ وَطَاعَتِكَ
“Wahai Dzat yang memutar balikan hati-hati manusia! Kokohkanlah hati saya di atas Din Engkau dan mentaati Engkau”.[3]

Kelima : Berdakwah kepada Allah `Azza wa Jalla
Dan dakwah ini merupakan kewajiban para Rasul `Alaihimus Sholaatu was Salaam dan para pengikutnya. Allah Ta`ala bersabda :
قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah (wahai Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam)! "Inilah jalanku, saya dan orang-orang yang mengikuti saya berdakwah kepada Allah Ta`ala dengan ilmu. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf : 108)
Seorang hamba apabila dia bersemangat menyampaikan hidayah kepada makhluk, sesungguhnya Allah Ta`ala akan memberikan ganjaran kepadanya sesuai dengan jenis amalannya.  Maka Allah Ta`ala akan menambahkan kepadanya petunjuk dan kekokohan di atas kebenaran, sebagaimana Allah Ta`ala berfirman :
هَلْ جَزَاء الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”. (QS. Ar Rahmaan : 60)

Keenam : Shahabat (teman) yang shalih
Maka bersahabat dengan para ulama, orang orang shlih, para da`i dan orang mukminin, lalu bermajlis bersama mereka, ini merupakan diantara pertolongan yang terbesar untuk mengokohkan seseorang di atas al-haq. Allah Ta`ala berfirman :
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطاً
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb mereka di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS. Al Kahfi : 28)
Sebagaimana datang satu kisah “lelaki yang  telah membunuh 99 orang manusia, dimana dia bertanya kepada seorang yang berilmu tentang taubatnya. Maka berkata orang alim tersebut: “Siapa yang akan menghalangi diantara engkau dan taubatmu? Berangkatlah kamu ke negeri yang seperti begini dan begitu, sesungguhnya di negeri itu manusia beribadah kepada Allah Ta`ala, maka beribadahlah kamu bersama mereka kepada Allah Subhaana wa Ta`ala, dan jangan sekali-kali kamu kembali ke negeri kamu, sesungguhnya itu negeri yang rusak”.[4]
Dan berkata al Imam Ibnul Qaiyim rahimahullah Ta`ala tentang peranan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu Ta`ala dalam kekokohan beliau ketika fitnah penjara : “Dan bila kami merasa sangat takut, kami mulai berprasangka jelek dan bumi mulai terasa sempit, maka kami mendatangi beliau, dan setelah kami melihat dan mendengarkan perkataan beliau maka hilanglah segala yang ada dibenak kami, dan berbalik setelah itu bentuk kelapangan, kekuatan, keyakinan dan ketenangan jiwa. Maha Suci Dzat yang telah memperlihatkan kepada hamba-hambaNya surgaNya sebelum bertemu dengannya, dan dibukakan kepada mereka pintu-pintunya di dunia tempat beramal, dan didatangkan kepada mereka kelapangannya, anginnya, kebaikannya sebagai motivasi supaya mereka mengerahkan segala bentuk kekuatan mereka untuk mendapatkannya dan berlomba-lomba untuk sampai kepada Jannah tersebut”.[5]

Ketujuh : Yakin dan percaya akan pertolongan Allah Ta`ala atas Din Islam di masa yang akan datang.
Dan ini merupakan cara Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam untuk mengokohkan para sahabatnya, sementara mereka disiksa karena mereka Islam pada awal-awal dakwah.  Dari Khabbaab ibnil Arat bahwa dia mengeluh kepada Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam tentang siksaan pada dirinya dan meminta kepada beliau Shollallahu `alaihi wa Sallam untuk mendo’akan baginya, maka Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam bersabda :
وَاللَّهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ لَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ أَوْ الذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ
“Dan demi Allah! Betul-betul Allah Ta`ala akan mewujudkan perkara ini, sampai-sampai seseorang akan menaiki kendaraannya dari Shon`aa menuju Hadhramauut dan dia tidak takut kecuali kepada Allah dan demikian juga kambing dari serigala, akan tetapi kalian sangat tergesa-gesa” (Shohih Al-Bukhary, Musnad Ahmad)
والحمد لله رب العالمين، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

Diterjemahkan oleh al Faqiir kepada ampunan Rabbnya Jalla wa `Alaa, al Ustadz Abul Mundzir/ Dzul Akmal al Madaniy ar Rayauwiy as Salafiy Lc, dari kitab : “ad Durarul Muntaqaat minal Kalimaatil Mulqoot, Duruusun Yaumiyyah”, oleh ad Doktor Amiin bin `Abdullah as Syaqaawiy
Rimbo Panjang, kompleks Pon Pes Ta`zhiim As Sunnah as Salafiyah, jalan Raya Pekanbaru Bangkinang Km 19 ½, hari Selasa malam 21 Dzulqa`dah 1430 H/8 Desember 2009 M.
Buletin Ta'zhim As-Sunnah Edisi 8/IV/20 Shafar 1431 H

[1] “Tafsiir Ibnu Katsiir”, (9/377-379).
[2] “Shohih Muslim”, (2654).
[3] “Musnad al Imam Ahmad”, (6/251).
[4] “Shohiih al Bukhaariy” (3470), “Shohih Muslim” (2766).
[5] “Al Waabilus Shoiyib minal Kalimit Thoiyib”, halaman 82.
0 Responses

Posting Komentar